Kali ini aku
ingin berbagi tentang kisahku sendiri, tujuannya hanya ingin memotivasi temen-temen yang sama juga sedang menanti kapan kehadiran sang anak ke dalam hidup kita. Bagaimana rasanya berada dalam penantian
panjang menunggu hadirnya sang buah hati dalam hidupku. Aku dan suami menikah
pada akhir November 2011, berarti kami menikah sudah hampir 6 tahun ya. Usia
pernikahan yang sudah sangat lama bagi orang-orang, tapi bagi kami rasanya
seperti baru menikah saja, tetep merasa kaya pengantin baru aja hahaha soalnya
tiap hari pacaran halal terus hahaha. Alhamdulillah selama hampir 6 tahun menikah
rumah tangga kami baik-baik saja dan kami bahagia. Kami bener-bener menikmati
masa-masa indah pernikahan dan menjalaninya bersama-sama apapun yang terjadi.
Dan kami juga bisa dibilang pasangan yang romantis kali ya ciyeeee, kemana-mana
selalu berdua, tidur berdua, masak berdua, makan sepiring berdua, pergi pulang
kerja berdua, jalan-jalanpun selalu berdua. Pokonya kalau ada aku pasti ada
suamiku begitupun sebaliknya.
Dulu aku
menikah diusia yang masih terbilang muda yaitu usia 21 tahun. Sebenernya bagi wanita
menginjak usia 20 tahun itu sudah matang dan dewasa. Tapi berbeda dengan aku
yang saat itu masih belum dewasa, masih manja, belum bisa masak, masih
kekanan-kanakan, masih suka main dan hangout sama teman-teman, maklum ya
jamannya sekolah aku jarang banget main sama teman-teman karena fokus belajar
jadinya pas kerja jadi hobi main dan lagian teman-teman dekatku juga belum pada
nikah. Akhirnya aku bilang sama mas suami buat menunda untuk punya momongan,
karena alasan aku masih pengen pacaran terus sama mas suami, belum dewasa juga
trus cita-cita pengen punya rumah dulu dan bantu membiayai adik sekolah karena
aku melihat keadaan finansial orang tuaku yang masih belum mapan pada saat itu.
Suamipun menyetujui akan hal tersebut dan sama sekali gak pernah memaksa aku
untuk cepet-cepet punya momongan begitupun dengan keluarga kami. Hmm, kalau
kata orang Sunda gak boleh kaya gitu, gak boleh menunda momongan dengan alasan
pengen punya rumah dululah, pengen punya mobil dululah, pengen itulah inilah,
katanya pamali, nolak rezeki. Tapi yah gimana jujur aku sama sekali gak siap
kalau waktu itu aku punya anak, lebih ke mental juga sih yah dan aku yakin kok
niatku ini buat kebaikan semua aja. Jadi menurutku untuk menjadi orang tua
terutama menjadi seorang ibu bukan hanya masalah kesiapan fisik dan kepengen
aja punya anak, tapi lebih ke mental siap gak jadi ibu? siap gak punya anak?
siap gak jadi orang tua yang tiap hari harus merawat dan mendidik anak. Gak
asal punya anak aja, tapi kita juga harus bener-bener siap lahir batin untuk
bisa menjaga amanah terbesar yang diberikan Allah untuk kita.
Akhirnya kita
tunda dulu tapi kita gak ber- KB. Jujur aku kurang suka sama program KB apapun
bentuknya mau itu KB pil, suntik, IUD atau apalah. Lagian aku sama sekali takut
sama efek samping dari KB, takut gemuklah, rusak wajahnya, kulit menjadi kering
atau gangguan kesehatan lainnya jika KB-nya gak cocok sama kita. Lalu gimana
caranya kita menunda donk? ya kita pake cara alamilah. Kita pake KB kalender
aja, ngitungin masa subur. Sebelumnya juga aku sudah konsultasi dengan seorang
Bidan mengenai KB kalender ini. Dan beliau memang menyarankan KB kalender ini
karena ini adalah cara paling aman tanpa resiko apapun dan efektif, asalkan
kedua pasangan sama-sama mengerti dan ingat kapan masa subur dan kapan masa gak
subur. Tapi menurutku KB kalender ini ya hanya usaha pencegahan saja. Masalah
berhasil ataupun gagal diserahkan semuanya sama Allah. Jadi saat kami sepakat
untuk KB kalender emang ada rasa takut juga sih hahaha. Tapi jika memang
dikasih anak ya Alhamdulillah banget berarti sudah rezekinya kan. Hanya masalah
ini sama sekali gak diketahui orang tua dan keluarga kami, tahunya mereka ya
kami gak ditunda aja gitu.
Hari demi
hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun kami sudah lewati bersama. Kami
berdua masih happy dan enjoy aja dengan keadaan kami yang tanpa seorang anak.
Kami menikmati masa-masa pacaran halal kami, kami sering traveling, touring,
jalan-jalan. Dan Alhamdulillah selama ini kami juga gak pernah saling mencurigai
satu sama lain, punya masalah gak karena belum punya anak juga. Kami sih
berfikiran bahwa KB alaminya berhasil berarti hahaha.
Dari awal
menikah sampai udah bertahun-tahun menikah tentunya banyak banget yang nanya
donk. Udah isi belum? udah hamil belum? kapan punya anak? udah lama nikah
kenapa belum punya anak? coba pakai gaya ini? bahkan sampai ada yang langsung
bilang Udah periksa ke dokter? sampai ada yang menyarankan makan dan minum buah
inilah, jamu inilah, sayur inilah dan langsung menyarankan coba deh ke dokter
ini di rumah sakit ini, itu katanya bagus untuk program hamil. Iya kami selalu
dengarkan nasihat dan saran-saran dari mereka, siapa tahu memang suatu saat
perlu. Kami juga kalau ditanya seperti itu hanya bilang " belum, minta
doanya aja ya" sambil senyum. Banyak yang mendoakan bahkan sampai
elus-elus perut. Tapi ada juga yang memang niatnya menyindir, mengejek,
menghina entahlah karena alasan apa. Ada yang suka membanding-bandingkan juga,
eh si ini mah baru nikah udah hamil lho, eh si ini mah baru setahun menikah
udah punya anak. Yayaya sama siapapun aku sih selalu layanin kok, tetep senyum,
ikhlas dan gak pernah berburuk sangka aja. Kami sih gak pernah kecewa, gak
sedih juga, gak benci juga sama orang-orang yang seperti itu, biarin aja, cuek
aja. Karena kami punya cita-cita, kami masih menabung untuk memiliki rumah
impian kami kelak. Kami sedang menyiapkan tempat tinggal yang layak untuk
anak-anak kami, kami sedang berusaha belajar untuk nanti menjadi orang tua
terbaik untuk anak-anak kami, dan kami juga yakin suatu saat jika waktunya
sudah tiba pasti Allah akan kasih kami anak.
Hingga ketika
usia pernikahan kami menginjak tahun kelima tepatnya tahun 2016 aku
pernah benar-benar terluka dan terpuruk banget karena sindirian orang lain yang
menyudutkan aku bahwa sudah lama nikah gak hamil-hamil. Entahlah kala itu
hatiku benar-benar rapuh dan goyah, rasanya aku tak berdaya, tak punya kekuatan
apapun untuk bisa tetap tersenyum dan tegar dari biasanya. Mungkin disinilah
keinginan besarku muncul untuk bisa mengandung seorang bayi, bisa
melahirkannya, menimangnya dan merawatnya hingga dia dewasa. Apalagi orang tua
kami khawatir kalau ada masalah dengan kami sehingga kami belum juga punya
anak. Akhirnya akupun menangis dipelukan Abi suamiku, tangisan yang paling
dalam dari lubuk hatiku. Abi, aku ingin punya anak, aku ingin hamil, aku sudah
gak tahan dengan omongan orang lain. Dengan sabarnya Abi suamikupun menyeka air
mataku, dia memelukku erat dan bilang "iya say, In Shaa Allah kelak kita
akan punya anak, sabar ya, semua ada waktunya. Kita sedang berusaha
mempersiapkan yang terbaik untuk keluarga kita kan. Yakin pasti Allah kasih
yang terbaik".
Awal tahun
2017 pun kami tak lagi KB kalender karena kami punya cita-cita untuk bisa punya
momongan ditahun ini. Kami juga merubah cita-cita kami yang pengen punya rumah
dulu baru anak. Gimana kalau gak juga punya rumah, masa mau terus menunda untuk
punya anak. Akhirnya ya sudah kami pasrah, apapun yang Allah kasih duluan untuk
kami.
Kami coba
beberapa bulan ternyata belum juga berhasil, coba lebih diseringin di masa
subur masih juga belum berhasil. Akhirnya kami coba pasrah saja, tapi bukan
berarti gak usaha ya. Kami terus ikhtiar, minum susu Prenagen Essensis, makan
makanan bergizi, rajin olahraga, rajin traveling, pernah juga kami sengaja
honeymoon dan karena aku ada keputihan akhirnya aku coba rajinin pake
manjakani.
Sampai dengan
bulan Juli 2017 kamipun berniat untuk mencari-cari rumah untuk keluarga kecil
kami. Setiap hari kami cari informasi rumah dijual di situs-situs online,
setiap minggu kita keliling komplek untuk cari-cari rumah yang dijual. Hingga
sampai akhir Agustus 2017 kami cari belum juga ada rumah yang cocok dengan
budget kami. Kami sempat hopeless, ternyata susah banget nyari rumah yang murah,
semakin kesini semakin mahal dan semakin jauh dengan budget yang kami miliki.
Begitupun dengan harga tanah semakin kesini semakin melambung saja harganya.
Akhirnya
akupun rasanya lelah banget, semakin lama menabung semakin harga rumah tak
terjangkau saja. Ya sudah akhirnya hanya bisa berdoa dan pasrah aja, gimana
Allah saja. Rumah bukanlah tujuan utama dalam hidup. Begitupun dengan anak,
jika memang di tahun ini belum dikasih juga ya sudah gak papa. Allah maha tahu
yang mana yang terbaik untuk kami.
Akupun
akhirnya hanya bisa pasrah saja, gak terlalu terobsesi untuk punya rumah di
tahun ini sama juga gak terlalu ngotot pengen cepet dikasih anak. Tapi dalam
hati tetap optimis suatu saat pasti impian besar itu akan terwujud, bagi Allah
tidak ada yang mustahil. Kita hanya perlu menunggu kapan waktu terbaik itu
tiba.
Kenapa sih kok
gak periksa ke dokter spesialis kandungan aja ? hmm sebenarnya aku yang gak
mau, suami sebenernya udah ngajak dari dulu buat memastikan apakah kita
benar-benar sehat. Aku gak mau karena takut hahaha, takut diapa-apain, takut
dilakukan tindakan dan lain-lain. Apalagi dulu sebelum nikah haidku bener-bener
gak lancar dan ada yang bilang bisa aja karena ada kista atau miom.
Naudzubillah, tapi jujur aku bener-bener gak siap ketemu dokter, takut, gugup,
campur aduk deh hehehe. Tapi jika memang sampai akhir tahun 2017 ini aku belum
juga hamil, aku bilang sama Abi, oke kita ke dokter ya bi hehehe.
Dalam
kepasrahanku yang tidak lagi ingin segera punya rumah dan anak justru membuat
hatiku terasa lebih tenang. Aku kadang sempatkan untuk shalat hajat di
sela-sela shalat fardhuku, dan jika memang ada waktu senggang aku suka curhat
sama Allah. Tapi curhat dan doanya pokonya hanya minta yang terbaik aja, gak
ngotot minta ini itu hehehe.
Hingga
menjelang Idul Adha, adiknya suami nawarin aku buat kurban di masjid. Awalnya
aku ragu karena niatnya uang ini buat tambah-tambah nanti kalo beli rumah. Tapi
Alhamdulillahnya suami mengingatkan, kalau mau kurban-kurban aja, gak usah
mikir nanti mau beli rumah, belum tentu juga kita jadi beli rumah tahun ini.
Akhirnya akupun bulat niat mau kurban dan MasyaAllahnya malamnya aku bermimpi
ada seseorang yang meminta aku untuk membaca Quran Surat Ali Imran ayat 16-17.
Paginya aku baca MasyaAllah, Allah hendak menegurku lewat mimpi itu dan aku
benar-benar semangat dan gak ragu lagi untuk berkurban.
Dan akhirnya
yang tidak disangka-sangka terjadi juga. Tepat pertengahan bulan September 2017
hari Senin pagi, aku lagi iseng-iseng buka situs online jual rumah dan ketemu
sama sebuah rumah mungil yang lokasinya berada di komplek dimana aku sering
nyari-nyari rumah di daerah situ. Langsung WA ownernya, minta foto rumahnya,
minta spek rumahnya, nanya harga dan langsung aja di WA itu nego harga juga.
Dan Alhamdulillah respon Ownernya juga ramah dan baik banget. Hari minggunya
kami ketemuan dan setelah mengecek rumah dan dokumen-dokumen akhirnya kami
deal. Tapi sebelum ketemu Ownernya malamnya aku sempet berdoa sampai
nangis-nangis sama Allah. Intinya aku mah hanya pasrah aja sama keputusan
Allah, jika memang benar ini jodoh rumah untuk kami maka semuanya akan Allah
mudahkan.
Saat kami deal
sempet bingung pada waktu itu nyari kekurangan uang untuk bayar rumah tersebut.
Awalnya kami berniat untuk KPR saja, tapi ragu juga sih soalnya nanti
berhadapan dengan bunga bank. MasyaAllah, Alhamdulillahnya dalam waktu 1 minggu
keluarga kami berkumpul dan orang tua sepakat untuk membantu kami. Akhirnya
kami punya rumah sendiri, walaupun mungil, kecil, sederhana tapi Baiti Jannati,
Rumahku adalah Syurgaku, bersyukur Alhamdulillah salah satu impian kami
terwujud.
Setelah
beberapa hari kami membeli rumah entahlah ada sesuatu yang berbeda yang terjadi
padaku. Selama 1 minggu badanku terasa lemes banget terutama malam hari, sampai
setiap pulang kerja sekitar jam 8 malam aku langsung terkapar dikasur padahal
masih gendong-gendong tas dan dibaju kerja. Sampai yang selalu gantiin baju dan
lepas tas itu suamiku pas aku udah pules tidur. Sempet juga pas tengah malam
perutku rasanya sakitnya luar biasa, keram perut yang dahsyat. Sampai pas aku
kekamar mandi rasanya kaya mau pingsan. Beberapa hari kemudiannya sempet juga
aku mengalami keram perut tapi ini kaya yang ketarik gitu sakitnya. Aku sih
berfikir mungkin karena mau haid, atau karena terlalu banyak makan pedes, atau
karena pas aku buka puasa langsung minum minuman yang dingin. Pernah juga
pagi-pagi ngalamin perut yang gak enak dan eneug banget nyium aroma bawang
goreng. Trus pernah suatu malem aku tuh kepengen banget nasi padang sampai makan
apapun gak kenyang aja karena pengennya nasi padang. Aku juga sempet ngalamin
keputihan yang mirip kaya susu, bukan keputihan yang kentel kaya mau haid.
Awalnya aku
sama sekali anggap hal tersebut biasa aja, mungkin karena aku lagi PMS, atau
lagi kurang sehat aja gitu. Tapi sahabatku bilang kayanya kamu hamil deh Rin,
coba di tespek deh. Aku sih gak mau geer dulu yah soalnya takut gak hamil
nantinya kecewa. Kalau diingat-ingat haidku juga sudah telat 2 minggu deh.
Biasanya aku haid sekitar tanggal 20 an, ini udah awal bulan belum haid juga.
Akhirnya aku coba beli tespek, dan paginya sebelum shalat subuh aku coba
tespek. Dan MasyaAllah gak nyangka banget ternyata hasilnya strip 2 dan itu
jelas banget warnanya. Akupun langsung keluar kamar mandi dan manggil-manggi
suamiku. Aku kasih hasil tespek tersebut dan suamiku bahagia banget.
Alhamdulillah akhirnya setelah 70 bulan menikah atau 6 tahun kurang 2 bulan
Allah kasih hadiah terindah dalam hidup kami. Gak nyangka, bener-bener kaya
mimpi kalau aku lagi hamil. Hanya selang 2 minggu setelah kami beli rumah,
ternyata Allah kasih hadiah besar lainnya dalam hidup kami. MasyaAllah disaat
aku benar-benar pasrah dan hanya berharap sepenuhnya kepada Allah, impianku
terwujud. Sungguh rasanya tidak bisa berkata apa-apa lagi, terharu banget ya
Allah. Dan pas periksa kebidan ternyata kandunganku sudah jalan 2 bulan,
sekitar 6-7 mingguan gitu, MasyaAllah. Ternyata bayi diperutku kuat, padahal
aku sering jogging ke tempat-tempat tinggi dan nanjak, sering lari-larian, cape-capean.
Kalau kata Allah harus kuat maka akan kuat, Alhamdulillah.
Kabar gembira
itupun kami bagikan ke orang tua, saudara, keluarga, teman-teman terdekat dan
Alhamdulillah mereka juga ikut senang. Mereka juga sama sekali gak menyangka
kalau hal ini terjadi padaku. MasyaAllah Allah Maha Baik, Allah Maha Sempurna,
Allah Maha Segalanya. Allah Maha Mendengar setiap jeritan dan doa-doa
hamba-Nya. Allah Maha Tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah benar-benar
kasih semuanya diwaktu yang tepat, diwaktu terbaik-Nya.
Aku pernah
merasakan bagaimana lamanya menanti, bagaimana pahitnya bersabar, bagaimana
rasanya terpuruk. Namun kuncinya agar kita bisa tegar menghadapinya adalah
ikhlas dan yakin sepenuhnya kepada Sang Maha Pemberi. Kesabaran memang selalu berbuah
manis. Mungkin 70 bulan adalah waktu yang belum terlalu lama untuk menanti, di
luar sana banyak pasangan-pasangan yang bahkan bisa lebih lama dari kami
menanti, bahkan bisa belasan tahun juga puluhan tahun. Tapi jangan pernah putus
harapan, tetap ikhtiar, doa, tawakal, bersungguh-sungguh kepada Allah, sisanya
ya kita pasrah aja sama semua keputusan Allah.
Terinspirasi
dari kisah Nabi Zakaria AS, dimana saat dia sudah tua renta sedang istrinya
juga seorang wanita yang mandul. Akhirnya dalam keadaan Nabi Zakaria AS dan
istrinya yang menurut logika manusia sudah pasti tidak akan memiliki keturunan,
namun bagi Allah tidak ada yang mustahil. Mereka dikaruniani juga seorang anak
yang bernama Yahya.
Semoga cerita
ini bisa menjadikan motivasi buat teman-teman ya. Jangan lupa jaga kesehatan,
makan makanan yang bergizi, minum susu prahamil, rajin olahraga dan cek masa
subur kalian jika ingin merencanakan kehamilan tentunya doanya jangan
putus-putus.
Mba Ririn mau tanya dong waktu Mba pake manjakani kn mengalami haid telat sampe 2 Minggu yah terus itu Mba lanjutin pake manjakani nya atau di stop dulu ?
ReplyDeleteSoalnya aku ngalamin hal itu skrg.. mohon dbls yaa Mba. Mksih.